International Woman's Day di Indonesia
International Woman’s Day
( 8 Maret 2018)
By. Ruhama Wazna, M.A
Hari ini perempuan di seluruh dunia ‘disapa hangat’ oleh International
Woman’s Day, lagi-lagi manusia yang berjenis kelamin perempuan semestinya tersanjung
dengan perayaan yang dikhususkan bagi diri mereka tepat di tanggal 8 Maret
setiap tahunnya. Di Indonesia saja terdapat beberapa perayaan khusus
memperingati atau menghargai wanita seperti hari Ibu dan hari Kartini. Ketika ucapan selamat atas
perayaan itu datang, maka tak jarang pula didengar ucapan penasaran datang dari
kaum pria, “kapan ya hari Bapak ?” ucapan itu seolah menggambarkan adanya
ketidakadilan akan penetapan hari-hari yang dianggap cenderung bias sex atau
bias gender ini. Setidaknya ini moment bagi para perempuan mengedepankan prestasinya dan mengeluarkan unek-uneknya.
Tampaknya sederhana namun ternyata ucapan atau sikap memperingati
hari-hari perayaan ini telah mendapatkan porsi serius dikalangan tertentu pada
bangsa ini terlihat dari pro dan kontra yang hingga berujung pada saling
menyalahkan dan mencela sesama masyarakat Indonesia ‘menghiasi’ berbagai media
sosial. Masih ingat terakhir kali peringatan hari Ibu tanggal 25 Desember 2017
lalu, diantara masyarakat menolak mengucapkan,
memperingati atau merayakan hari ini, dengan alasan setiap hari adalah hari
yang tidak pernah kosong dari kasih sayang terhadap ibu, jadi untuk apa
mengucapkan, memperingati dan merayakan hari ibu. Pihak lainnya memberikan
argumentasi yang berbeda, hal itu bagi mereka sah-sah saja karena meski setiap
hari adalah kasih pada ibu, tapi satu hari itu merupakan symbol kasih sayang yang
dapat mewakili hari-hari lainnya. Terlebih lagi hari ibu di Indonesia memiliki
latar sejarah yang terkait dengan semangat wanita Indonesia dalam berbangsa dan
bernegara. Ini diungkapkan hanyalah sebagai mengungkapkan fenomena, tanpa
berpanjang-panjang mengkajinya karena bukan inilah fokus pembicaraan kali ini.
Laksana benang kusut yang mesti diurai, maka harus dilihat dulu
sejarah dari suatu peristiwa yang kemudian diperingati setiap tahunnya. International
Woman’s Day pertama kali dirayakan pada tanggal 28 Februari 1909 di New
York dan diselenggarakan oleh Partai Sosialis Amerika Serikat, Demonstrasi pada
tanggal 8 Maret 1917 di lakukan oleh para perempuan di Petrograd memicu
terjadinya revolusi Rusia. Hari perempuan internasional secara resmi dijadikan
sebagai hari libur nasional di Soviet Rusia pada tahun 1917 dan dirayakan
secara luas di Negara sosialis maupun komunis. Pada tahun 1977 hari perempuan
Internasional diresmikan sebagai perayaan tahunan oleh PBB untuk memperjuangkan
hak perempuan dan mewujudkan perdamaian dunia.
Tampaknya gerakan 8 Maret 1917 merupakan gerakan yang paling besar
karena berhasil memicu terjadinya revolusi suatu Negara, maka tanggal 8 Maret
ini ditetapkan sebagai tanggal peringatan hari perempuan sedunia. Indonesia sebagai
suatu Negara mesti patuh akan kebijakan yang telah ditetapkan oleh PBB
tersebut, yakni dengan mengakui dan ikut memperingati International Woman’s Day pada setiap
tanggal 8 Maret. Namun terlepas dari siapa dan bagaimana pelaksanaan peringatan
itu, masyarakat Indonesia juga menyikapinya beragam, ada yang mengadakan acara
seminar dengan tema perempuan, diskusi-diskusi publik, aksi-aksi sosial atau
bahkan ada yang tidak peduli dan tidak tau sama sekali.
Mungkin
Saya adalah salah seorang yang juga hampir lupa dengan hari peringatan ini,
jika tidak ‘di sapa’ oleh pemberitaan atau ucapan-ucapan dari beberapa teman. Bukan
berarti tidak menghargai dan mendukung pemberian hak-hak perempuan, sebaliknya
saya selalu mendo’akan agar perempuan di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada
khususnya menjadi lebih baik dan diperlakukan baik. Tidak perlu merayakannya
seperti perayaan di New York dulu atau melakukan demonstrasi seperti di Petrogad
dulu sehingga dapat memicu revolusi Negara ini. Perempuan Indonesia dengan
berbagai kondisinya memiliki karakteristik tersendiri, sebaiknya ini dirayakan
sebagai bentuk apresiasi terhadap perempuan, mengungkapkan ke permukaan
berbagai data tentang perempuan dan berbagai prestasinya serta sumbangsih yang mereka
berikan. Dan juga sebaliknya dengan mengemukakan data tentang perlakuan
ketidakadilan yang dialami perempuan untuk selanjutnya menjadi perhatian dan
tindakan nyata secara bersama-sama. Bukan hanya untuk menuntut ‘kesetaraan
gender’ yang memang menjadi cikal bakal munculnya hari International
Woman’s Day ini.
Kita
menerima peringatan hari ini dengan mengadaptasikannya pada budaya lokal Indonesia.
Perempuan Indonesia telah bersama-sama dengan laki-laki mengikuti pemilihan
umum, mendapat kesempatan menjadi pemimpin Negara dan sebagainya. Hanya saja
pada kasus-kasus tertentu berbagai tindak kekerasan memang masih dialami beberapa perempuan
Indonesia, beberapa kebijakan negara terhadap perempuan juga masih belum memenuhi esensi keadilan gender dan itulah yang mesti direnungkan dan ditindaklanjuti. Moment ini adalah salah satu kesempatan mengeluarkan unek-unek itu, bersyukurlah kaum perempuan masih diberi wadah kesempatan menyampaikan secara formal. Bagaimana dengan pria Indonesia? tampaknya disini mereka mesti menelan air ludah saja, beberapa kasus kekerasan mulai dialami beberapa laki-laki di Indonesia, kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) juga dialami oleh para Suami, seperti kasus pemukulan oleh istri terhadap suami karena tidak mampu memenuhi target uang belanja hingga pemaksaan terhadap suami untuk menjadi pemuas nafsu para tante-tante girang demi uang yang baru terjadi akhir-akhir ini. Hal ini seharusnya juga menjadi perhatian kita. Suara mereka nyaris tak terdengar manakala tiba Hari Ayah Nasional ataupun International Man's Day, sehingga moment-moment tersebut menjadi tidak populer sebagaimana populernya Hari Ibu dan International
Woman’s Day. Pada akhirnya setiap manusia harus diperjuangkan secara berkeadilan tanpa memandang sex dan gender, . Beranikah kita untuk sama-sama mengakui bahwa baik pria maupun wanita kini sebagiannya diperlakukan tidak adil, karena itu mari saling memahami dan menghargai satu sama lainnya, kita adalah mitra yang tidak akan sukses tanpa yang lainnya, kita membenci kekerasan
bagi siapapun dan mencintai keadilan bagi siapapun. Untuk seluruh perempuan di nusantara, “Selamat International
Woman’s Day ”.
Komentar
Posting Komentar